MENANAMKAN JIWA TAQWA KEPADA ANAK-(1)
OLEH ; ASMARDI MISBAH, S.Ag, M.Si
A’u zubillahiminasyaithonirrajiim...
Bismillaahirrahmaanirraahiim...
Assalamu’alaikum Wr.- Wb.-
Alhamdulillah… Alhamdulillahillazi, ‘an askuroo ni’matakallati an’am ta’alaina, wa’ala walidina, wa an a’malaso lihan tardhohu, wa adhilni birohmatika fi’iba dikasshoolihiin.
Ashaduallaa ilaa haillallaah, wahdahu laa sarikalah, wa ashadu anna Muhammadan ‘abduhu warosuluh, la Nabi yaba’dah...!
Allahummasholli‘alaa sayyidinaa muhammadin sholaatan tuwassi’u bihaa arzaaq, Watuhassinu bihaa lanal akhlaaq, wa’alaa aalihii washahbihii wa sallim,..
Ammaa ba’du...!
Qolallahuta’ala fil Qur’anulkariim...
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui. Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”.(QS. Al-Anfal:27-28)
Ma’asiral Muslimin wal Muslimat Rahima kumullah, Pendengar RRI Tanjungpiang yang mulia…!
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah di muka memikul amanah yang cukup banyak, satu diantaranya yang paling besar a yang harus kita pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT adalah anak cucu keturunan kita. Mereka adalah titipan Allah SWT yang harus kita jaga dengan baik dan sungguh-sungguh sesuai dengan ketetapan Allah SWT.
Dewasa ini sering kita jumpai baik dalam lingkungan kehidupan kita maupun melalui mass media mengenai kasus-kasus yang memprihatinkan, seperti mabuk-mabukan, perjudian, pergaulan bebas antar lawan jenis, perkelahian antar geng dan tindakan kriminal lainnya. Ya Allah, betapa panasnya dunia dewasa ini. Akankah terus berkembang dan meraja rela di mana-mana kasus-kasus semacam itu? Bagaimana kalau anak cucu keturunan kita terlibat dalam kasus-kasus yang memprihatinkan itu? Siapakah yang salah, kita atau anak cucu keturunan kita? Oleh karenanya sangatlah pantas hal termaksud menjadi renungan kita bersama, sehingga kita tidak merasa masa bodoh dalam menjaga amanat yang diberikan Allah SWT.
Untuk itu mari kita fahami firman Allah SWT yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui. Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”.(QS. Al-Anfal:27-28)
Ma’asiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah…! Pendengar RRI Tanjungpinang yang mulia…!
Demikianlah renungan singkat kita sa’at ini, semoga bermanfa’at dan berdaya gunaadanya bagi kita bersama. Aaamii- aaamiin ya mujibas sa ilin. Lebih dan kurang saya mohon ampun dan ma’af. Subha nakallah humma anta wabihamdika astaghfiruka wa atau builaik walhamdulillahirabbil’alamiin. Usikum wanafsih waiyya yabitaqwallah…..Billa hitaufiq walhidayah………….
Wassalamu’alaikum ww……
MENANAMKAN JIWA TAQWA KEPADA ANAK-(2)
OLEH ; ASMARDI MISBAH, S.Ag, M.Si
A’u zubillahiminasyaithonirrajiim...
Bismillaahirrahmaanirraahiim...
Assalamu’alaikum Wr.- Wb.-
Alhamdulillah… Alhamdulillahillazi, ‘an askuroo ni’matakallati an’am ta’alaina, wa’ala walidina, wa an a’malaso lihan tardhohu, wa adhilni birohmatika fi’iba dikasshoolihiin.
Ashaduallaa ilaa haillallaah, wahdahu laa sarikalah, wa ashadu anna Muhammadan ‘abduhu warosuluh, la Nabi yaba’dah...!
Allahummasholli‘alaa sayyidinaa muhammadin sholaatan tuwassi’u bihaa arzaaq, Watuhassinu bihaa lanal akhlaaq, wa’alaa aalihii washahbihii wa sallim,..
Ammaa ba’du...!
Qolallahuta’ala fil Qur’anulkariim
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(QS. At-Tahrim:6)
Ma’asiral Muslimin wal Muslimat Rahima kumullah, Pendengar RRI Tanjungpiang yang mulia…!
Sebagai hamba-hamba Allah SWT yang beriman,maka kita diperintah oleh Allah SWT untuk memelihara diri dan keluarga kita dari siksaan api neraka. Menurut tuntunan Agama Islam yang santun usaha yang paling utama dalam mewujudkan harapan termaksud adalah dengan menanamkan pemahaman ilmu agama yang mengarah pada pembentukan mental dan keperibadian yang malu dan takut pada siksaan Allah SWT (jiwa yang taqwa). Keyakinan beragama yang kuat dengan sendirinya akan menjadi pengendali tindakan dan dan sikap dalam kehidupan sehari-hari yang sekaligus dapat menjadi polisi atau pengawas bagi diri mereka.
Jika setiap setiap diri kita mempunyai keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran agama dengan sungguh-sungguh, maka tidaklah perlu adanya pengamanan dalam kehidupan masyarakat, karena setiap diri kita tidak akan melanggar larangan-laranagan agama. Hal ini disebabkan kita merasa bahwa Allah SWT Tuhan yang Maha melihat dan mengetahui segala macam yang kita perbuat.
Ma’asiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah, Pendengar RRI Tanjungpinang yang berbahagia…!
Untuk menyelamatkan anak cucu keturunan kita atau generasi muda yang akan datang,maka pembinaan mental harus diperhatikan dan dilaksanakan secara intensif. Upaya untuk menyelamatkan mereka tidaklah ringan. Semua kalangan hendaklah ikut memperhatikan, terutama orang tua, sekolah atau lembaga pendidikan, pimpinan dan yang berwenang di masyarakat, khususnya pemerintah.
Orang tua hendaklah menjadi contoh dan teladan yang baik dalam segala aspek kehidupan bagi anak-anaknya. Karena anak-anak terutama yang masih kecil yang belum mampu memahami suatu pengertian yang masih abstrak dan tergambar dalam benaknya adalah pengalaman sehari-hari bersama orang tua dan saudara-saudaranya.
Ma’asiral Muslimin wal Muslimat Rahima kumullah, Pendengar RRI Tanjungpinang yang mulia…!
Demikianlah renungan singkat kita sa’at ini, semoga bermanfa’at dan berdaya guna adanya bagi kita bersama. Aaamii- aaamiin ya mujibas sa ilin. Lebih dan kurang saya mohon ampun dan ma’af. Subha nakallah humma anta wabihamdika astaghfiruka wa atu builaik walhamdulillahirabbil’alamiin. Usikum wanafsih waiyya yabitaqwallah…..Billa hitaufiq walhidayah………….
Wassalamu’alaikum ww……
MENANAMKAN JIWA TAQWA KEPADA ANAK-(3)
OLEH ; ASMARDI MISBAH, S.Ag, M.Si
A’u zubillahiminasyaithonirrajiim...
Bismillaahirrahmaanirraahiim...
Assalamu’alaikum Wr.- Wb.-
Alhamdulillah… Alhamdulillahillazi, ‘an askuroo ni’matakallati an’am ta’alaina, wa’ala walidina, wa an a’malaso lihan tardhohu, wa adhilni birohmatika fi’iba dikasshoolihiin.
Ashaduallaa ilaa haillallaah, wahdahu laa sarikalah, wa ashadu anna Muhammadan ‘abduhu warosuluh, la Nabi yaba’dah...!
Allahummasholli‘alaa sayyidinaa muhammadin sholaatan tuwassi’u bihaa arzaaq, Watuhassinu bihaa lanal akhlaaq, wa’alaa aalihii washahbihii wa sallim,..
Ammaa ba’du...!
Qolallahuta’ala fil Qur’anulkariim...
Artinya: ”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”.(QS.Al-Baqarah:177)
Ma’asiral Muslimin wal Muslimat Rahima kumullah, Pendengar RRI Tanjungpiang yang mulia…!
Penanaman dasar-dasar taqwa ini harus kita lakukan sejak kecil dengan memberikan contoh dan teladan dari kita sebagai orang tua secara terus menerus dan tetap, serta kita lakukan dengan lemah lembut, tegas sesuai denga pertumbuhan anak kita.
Sebagai orang tua kita sudah seharusnya memperhatikan pendidikan anak-anak kita, dan pendidikan yang diterima anak dari orang tualah yang akan menjadi dasar dari pembinaan keperibadian anak. Dengan kata lain, orang tua jangan sampai membiarkan pertumbuhan anak berjalan tanpa bimbingan, diserahkan pada pembantu, atau hanya mengharapkan semata-mata dari hasil pendidkan di sekolah saja. Menurut tuntunan syari’at Agama Islam cara yang demikian sangatlah keliru.
Mari kita pahami firman Allah SWT yang berbunyi:
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.(QS. An-Nisa’:9)
Ma’asiral Muslimin wal Muslimat Rahima kumullah, Pendengar RRI Tanjungpinang yang mulia…!
Demikianlah renungan singkat kita sa’at ini, semoga bermanfa’at dan berdaya guna adanya bagi kita bersama. Aaamii- aaamiin ya mujibas sa ilin. Lebih dan kurang saya mohon ampun dan ma’af. Subha nakallah humma anta wabihamdika astaghfiruka wa atu builaik walhamdulillahirabbil’alamiin. Usikum wanafsih waiyya yabitaqwallah…..Billa hitaufiq walhidayah………….
Wassalamu’alaikum ww……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar